Program Konversi Gas untuk Nelayan Tidak Berkelanjutan


Kamis, 15 Juni 2017 - 11:20:30 WIB - Dibaca: 1577 kali

Ilustrasi/net / HALOSUMATERA.COM

KUALATUNGKAL - Pilot Project Penggunaan LGV, konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas bagi nelayan di Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) yang telah diresmikan Wakil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo pada 2013 silam, tidak berkesinambungan.

Buktinya, sampai saat ini para nelayan di Tanjabbar masih tetap melaut dengan menggunakan bahan bakar minyak (solar). Sementara 300 konverter kit yang dibagikan kepada nelayan, tidak terpakai lagi.

Mengenai hal ini, kedua kepala bidang di Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Tanjab Barat yang dikonfirmasi awak media saling lempar dalam memberikan keterangan mengenai konversi BBM tersebut.

‎Prasojo, Kabid pengembangan produksi menyebutkan, bukan dirinya lagi yang menangani masalah ini, akan tetapi di bidang pengembangan produksi yakni H Halking.

Di ruangan kerjanya, H. Halking yang dibincangi wartawan justru ‎berkata sebaliknya.

"Dulu iya, sekarang itu di bidangnya Pak Prasojo," sebutnya singkat.‎

Seperti diketahui, Susilo Siwoutomo Wakil kementerian ESDM yang datang ke Tanjabbar empat tahun silam memberikan bantuan 300 konverter kit, konversi BBM ke BBG untuk nelayan.

Kebutuhan konverter kit untuk nelayan di Tanjabbar saat itu mencapai 1.477 unit. Pembagian konverter kit sebanyak 300 konverter dari Kementerian ESDM akan dibagikan secara bertahap sedangkan 200 konverter kit dari PetroChina dibagikan secara langsung.

“Kalau 300 dari kami, 200 dari Petro China, sisanya 900-an lagi. Saya minta SKK Migas tolong usahakan untuk membagi 300 konveter kit, sisanya yang 600 konverter kit akan dicarikan oleh pemda setempat,” ujar Wamen ESDM, dalam siaran persnya,pada Senin (08/07/2013).

Pada saat itu, Susilo menyebutkan Konversi BBM ke BBG merupakan program prioritas Nasional. Pemerintah akan terus melaksanakan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). 

Pemanfaatan energi saat ini masih sangat tergantung kepada minyak bumi, ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi sangat membahayakan karena selain ketersediaanya terbatas dan semakin sulit dicari harganya terus meningkat.

“Pemanfaatan minyak bumi juga memberatkan anggaran negara karena besarnya subsidi yang diberikan. Karena itulah konversi BBM ke BBG merupakan sebuah solusi,” kata Susilo waktu itu.(*)

Penulis : Son

Editor    : Andri Damanik




Komentar Anda



Terkini Lainnya

Ditintelkam Polda Jambi Gelar FGD: Polri untuk Masyarakat

JAMBI –Polri untuk Masyarakat. Inilah tema yang diusung pada kegiatan FGD yang digelar Direktorat Intelkam Polda Jambi di Ratu Duo Hotel, Komplek Mall KAPUK,

Berita Daerah

Empat Eks Napiter Jambi Diberangkatkan Umrah, Didampingi Satgaswil Jambi Densus 88 AT Polri

JAMBI – Empat Eks Napiter Jambi, mitra binaan Satgaswil Jambi Densus 88 AT Polri diberangkatkan umrah ke tanah suci. Mereka dibiayai oleh Baznas Provinsi Jamb

Berita Daerah

Anggota DPRD Tanjabbar Ikuti Upacara Hari Pahlawan 2025 di Alun-alun Kota Kualatungkal

TANJABBAR – Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat) turut mengikuti

Advertorial

Anggota DPRD Fraksi PAN Hadiri Workshop Pendidikan Politik, Tegaskan Komitmen Perkuat Demokrasi di E

TANJABBAR – Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat), dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) men

Advertorial

Ketua dan Anggota DPRD Tanjab Barat Sambut Kajari Baru, Perkuat Sinergi Forkopimda untuk Pembangunan

TANJABBAR – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Tanjab Barat), Hamdani, SE, bersama sejumlah anggota DPRD turut mengh

Advertorial


Advertisement